Napak Tilas Petualangan & Pendakian G.Semeru

Setiap orang pasti punya yang namanya "Hobby" alias "Kesenangan"....
Aku punya hobby yang cukup banyak penggemarnya..., tetapi hobby ini sebetulnya cukup banyak persyaratannya... diantaranya harus punya keterampilan khusus..., yaitu harus bisa menggunakan tali-temali, kuat jalan, sabar, bisa masak, yang penting bisa & menguasai teknik surfival... Hobby-Ku yang satu ini adalah menjelajah hutan & mendaki gunung... Yang sering kulakukan adalah mendaki gunung..., karena dengan mendaki gunung maka secara otomatis... aku harus menjelajahi hutan...

Hampir sebagian besar gunung di pulau jawa sudah pernah aku daki... dan ada dua gunung yang paling sering aku jelajahi... yang satu adalah gunung tertinggi di pulau jawa... yaitu G.Semeru di jawa timur... dan yang satu lagi adalah gunung yang cukup sering meletus...yaitu G.Merapi di jawa tengah.... Gunung semeru lebih dari 10 kali... pernah kudaki... sehingga aku cukup akrab dengan sudut-sudutnya..., beberapa kali aku juga pernah mendaki seorang diri ke G.Semeru ini...bahkan melalui jalur "Neraka"... yaitu lewat jalur pendakian "Watu Pecah"... jalur ini terkenal sebagai jalur yang cukup ditakuti dan dihindari oleh para pendaki... Jalur lain yang cukup menantang adalah jalur "Ayeg-Ayeg"... kedua jalur ini sekarang tertutup & jarang dilalui oleh para pendaki..., kecuali mereka yang suka dengan petualangan & tantangan.... Para pendaki G.Semeru saat ini cenderung lebih senang melalui jalur "Wisata"... yaitu jalur yang memang dibuka untuk keperluan wisata & pendakian ke Ranu Kumbolo yang eksotik, elok & rupawan serta Puncak G.Mahameru yang menjulang tinggi menggapai awan, biasa disebut dengan puncaknya para dewa dan kawah "Jonggring Saloko"-nya yang selalu mengeluarkan letusan-letusan kecil dengan wedus gembelnya.

Dari sekian banyak gunung yang pernah kudaki... G.Semeru adalah merupakan gunung yang cukup lengkap tantangannya..., dengan vegetasi yang beraneka ragam..., binatang liar yang dilindungi (saat ini memang hampir punah..., dulu sekitar th.1976-1980..., saya masih sering bertemu macan kumbang / kucing hutan, rusa, trenggiling, babi hutan, burung belibis di Ranu Kumbolo)...,  ada medan dengan tanjakan terjal... ada hutan tropisnya..., ada padang rumput sabananya..., ada hutan cemaranya...., ada danaunya yang begitu indah "Ranu Kumbolo"...(meskipun sudah berkali-kali melihat & datang kesini... tidak merasa bosan), ada bunga salju diatas rerumputan di Ranu Kumbolo  ( saat bulan-bulan & musim tertentu )... dan yang sekarang juga hampir punah adalah bunga abadi "Edelweis"...dulu bunga ini bisa dilihat disepanjang route pendakian... begitu indah dipandang... apalagi saat pagi hari manakala embun-embun pagi masih membasahi daun-daun & bunganya.... tapi kelihatannya tangan-tangan jahil sudah mengganggu kelestarian dan keberadaannya.... padahal "Edelweis" ini juga termasuk tanaman yang dilindungi oleh undang-undang konservasi. Disamping bunga edelweis... banyak juga ditemui "Arbei Hutan"..., kalau yang satu ini kita boleh untuk memetik dan memakan buahnya yang segar..., tapi sekarang juga sudah sulit mendapatkannya.... 

Puncak G.  Mahameru - Jawa Timur - Indonesia





Aku bergaya di padang rumput kering... dengan latar belakang Puncak G.Semeru.(Persimpangan Kalimati-Sumber Mani)

Berikut dibawah ini adalah beberapa fotoku di G.Semeru pada waktu yang berbeda :
 "Ranu Kumbolo" - G.Semeru - Jawa Timur - Indonesia


 
 "Puncak Mahameru" dengan latar belakang kawah "Jonggring Saloko"

Dibawah ini adalah beberapa foto saat aku melakukan penjelajahan & pendakian seorang diri di G.Semeru :


Jalur "Watu Pecah"


"Bivak di Pal Trianggulasi "Watu Pecah"


"Ranu Kumbolo" G. Semeru - Jawa Timur
(Saat itu Tidak ada pendaki lain) 


 Aku sedang berdoa untuk rekan pendaki (alm) dari klub Pecinta Alam "Young Pioneer" - Malang Alm. Soebijanto & Alm. Wahyu. P yang meninggal dunia di jalur "Ayek-ayek" pada Th.1972, konon mereka meninggal dunia karena kedinginan.... Jalur "Ayek-ayek" ini sekarang sudah jarang dilewati oleh para pendaki, karena jalur ini cukup berat sehingga cukup menguras tenaga & energi untuk melewatinya...




 Foto bersama penduduk asli G.Semeru di seputar "Watu Pecah"
Mereka sehabis pulang dari mencari tanaman obat dihutan dan lereng G.Semeru - saat itu saya melakukan pendakian & penjelajahan seorang diri (solo) melewati jalur maut "Watu Pecah" ...., saat itu saya disarankan oleh mereka untuk tidak melanjutkan perjalanan karena mereka mengkhawatirkan keselamatan saya.... Setelah saya jelaskan kalau saya sudah pernah beberapa kali mendaki melalui jalur ini seorang diri...., akhirnya mereka hanya bisa mendo'akan  saya agar selamat selama dalam pendakian tersebut.... .Amien 3x 





Puncak G.Semeru di foto dari Pal (Trianggulasi) jalur "Watu Pecah"




Saya (yang ditengah)... bersama rekan pendaki dari kota Semarang
Foto di tepi danau "Ranu Kumbolo"


Perubahan cuaca di "Ranu Kumbolo"
Bila kita melakukan pendakian dipergantian musim... maka perubahan cuaca tidak dapat diprediksi.... tiba-tiba cuaca bisa berubah menjadi berkabut tebal... duingiiiinn....... Pada foto diatas saya adalah yang berdiri disebelah kiri membawa carrier memakai celana training merah.... berrrrr .... dingiiin sekali... mau mencoba...! 


"Ski Pasir" turun dari Puncak G. Mahameru 
 

 Tampak seorang rekan pendaki sedang meluncur turun dari puncak G.Semeru..., dengan latar belakang beberapa orang pendaki yang sedang berjuang naik  menaklukkan medan yang berpasir dan bebatuan... kami seolah-olah tidak merasa takut untuk melakukan seluncur diatas pasir yang berbatu mulai dari puncak lalu... turun... sampai kebawah dimana perjalanan turun ini hanya membutuhkan waktu    +/- 30 - 45 menit .... untuk sampai ke "Arco Podo"..., padahal... untuk"naik" sampai ke puncak membutuhkan waktu 3 - 4 jam merangkak.... he...he..he... Pada saat naik menuju puncak rata-rata para pendaki memang sering merangkak..., karena memang medan pasir yang sangat labil... sehingga... saat kita melangkah naik 3 langkah... maka kita akan melorot / merosot turun 2 langkah... Di trek menuju puncak ini kita memang diuji stamina & kesabaran kita... bagi anda yang belum pernah ke G.Semeru.... silahkan mencoba...pokoknya asyik & menantang sekali... yang pasti anda pasti ketagihan lagi untuk kembali ke G. Semeru....


Dibawah ini adalah Logo dari Club "Kesayangan" saya :
Klub Pecinta Alam dan Pendaki Gunung "BUFFALO"








EKSPEDISI G.Semeru di Musim Hujan Yang "Hampir" Berujung Maut
  
Ekpedisi pada waktu itu merupakan ekpedisi / Pendakian dan Petualangan yang sudah kesekian kalinya kulakukan ke G.Semeru.... Kali ini alias pada waktu itu Th.1979... pendakian aku lakukan berdua bersama dengan seorang sahabatKu.
Saat pendakian waktu itu sebetulnya bisa dikatakan tidak tepat waktu kawan... karena pada waktu itu kami melakukan pendakian pada saat musim "penghujan"...(Tidak Disarankan) Seperti banyak para pendaki... pada umumnya mereka jarang mau melakukan pendakian pada saat musim penghujan....disamping akan menghambat aktifitas pendakian... juga... mempunyai resiko yang cukup tinggi dan berbahaya... Entah motivasi apa yang mendorong kami melakukan pendakian yang sangat beresiko itu...

G. Semeru - Jalur "Watu Pecah"
Pada waktu itu kami mengambil jalur maut "Watu Pecah"... seperti biasanya... saya selalu mempersiapkan perbekalan yang cukup... apalagi pada saat itu sedang musim penghujan... yang pasti minuman penghangat tubuh seperti bandrek, kopi & coklat susu tidak terlupakan mengisi carrier sebagai perbekalan... Kawan, pada saat itu belum ada yang namanya "parafin"... kalau adapun sangat sulit mendapatkannya, yaitu semacam bahan bakar untuk memasak dan memanaskan tubuh bila kedinginan yang dipakai oleh para pendaki..., jadi yang ada pada saat itu adalah "kompor Spiritus" yang kami buat sendiri... juga...kami saat itu belum mempunyai yang namanya "Sleeping Bag"... yang kami punya hanyalah "Sleeping Jowo" alias "Sarung" untuk penghangat saat tidur... jadi bisa anda bayangkan, betapa dinginnya kawan... beerrr.... memang dingin... tapi apa boleh buat... saat itu memang begitu adanya....

Start dari desa "Gubuk Klakah", saat itu waktu sudah menunjukkan agak sore kira-kira sekitar pukul 15.00..., perjalanan dimulai dari ujung perbatasan desa melalui kebun penduduk,., perjalanan langsung menuruni lembah menuju sungai... sungai ini dikenal dengan nama Kali Amprong... kami mengisi persediaan air disungai ini.., selepas sungai ini kami langsung disambut oleh sekelompok kera liar... tapi mereka untungnya tidak mengganggu kami... dari sungai ini... kemudian perjalanan mulai menanjak terus dan tidak ada jalur yang datar sama sekali... diujung jalur setapak ini kita akan menemukan persimpangan jalan.., kalau terus turun kebawah dengan turunan yang sangat terjal... akan menuju hulu kali amprong dengan hutan yang sangat lebat (Disarankan untuk tidak dilakukan)... jalur kekiri akan berujung disebuah batu besar dan jurang... yang konon batu itu adalah disebut dengan "Watu Pecah"... Nah kita akan mengambil jalur kekanan... ini adalah jalur yang benar... harap berhati-hati kawan.., karena jalur setapak ini berada dipunggungan gunung yang sangat sempit sekali dan ditumbuhi rumput ilalang tinggi..., dikiri & kanan jalur setapak ini adalah berupa jurang yang sangat dalam sekali dengan hutannya yang sangat lebat... disamping itu pada waktu itu ada beberapa bagian jalur yang longsor... jalur ini cenderung menanjak terus... tidak ada jalan datar... untuk beristirahatpun sulit menemukan tempat yang ideal... setelah melalui jalur maut ini, kita nanti akan memasuki hutan yang cukup lebat.., masih banyak terdapat anggrek hutan, babi hutan, monyet coklat berhidung panjang, monyet pantat merah, kera dan beberapa jenis burung, bahkan saya pernah bertemu dengan macan kumbang,.. karena hutan yang cukup lebat menyebabkan udara disekitar hutan ini sangat lembab dan menyebabkan jalur setapak ada yang hilang... Ikuti terus jalan setapak ini kawan...
  kami sampai di Pal ( Trianggulasi ) kira-kira pukul 23.30... kami bermalam dengan membangun "bivak" dari ranting pohon dan jas hujan (Ponco)... beberapa saat setelah bivak jadi... malam itu turun hujan..., malam begitu dingin... tapi kami masih sempat memanaskan diri dengan membuat mie instan dan bandrek... hem... cukup hangat untuk mengembalikan stamina kami yang tadi terkuras saat melakukan pendakian... Ini hari pertama kami mendaki sehingga tenaga dan stamina kami masih belum terlalu terkuras... malam itu kami masih sempat bercanda dan bersenda gurau sambil menghabiskan beberapa batang rokok kretek ... sampai akhirnya kami tertidur karena kelelahan...


Anjing Gunung Di Trianggulasi "Jalur Watu Pecah".
Pagi keesokan harinya, kami terbangun saat terdengar suara anjing menggonggong... di jalur ini memang kami sempat melihat ada beberapa ekor anjing... entah itu anjing liar... atau anjing milik orang desa yang berkeliaran dihutan... kalau melihat lokasi dimana kami melihat anjing tersebut... cukup jauh dari pedesaan... mungkin saja itu memang anjing liar yang hidup dihutan... tapi untung...sekali lagi untung.... mereka tidak mengganggu kami... Pagi ini kami sarapan Mie instan dan beberapa potong roti tawar... sehabis sarapan... sambil merokok... kami ditemani segelas "susu coklat panas"... nikmat rasanya dipagi yang cukup menggigil ini... Cuaca pagi ini cukup cerah tapi agak berkabut... rerumputan masih tampak basah bekas sisa-sisa hujan tadi malam... meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 09.00... 
Samar-samar dibawah sana tampak padang rumput yang membentang cukup luas... dan dibalik bukit diujung padang rumput itu adalah danau "Ranu Kumbolo",... sebenarnya untuk mencapai Ranu Kumbolo... biasanya kami mengambil jalur memutar menuju "oro-oro ombo" dulu... baru kemudian balik kembali lagi menuruni tanjakan "Cinta" menuju  ke Ranu Kumbolo... melalui jalan setapak yang memang sudah ada... ...tapi... kali ini kami memutuskan untuk melakukan perjalanan "Potong Kompas" dari tempat kami menginap di bivak semalam... langsung menuruni bukit menuju padang rumput tersebut... dimana untuk sampai kebawah sana tidak ada jalan setapak... kami berani melakukan perjalanan potong kompas ini karena kami yakin tidak ada jurang yang harus kami lalui... benar memang tidak ada jurang... tapi beberapa kali kami terperosok kedalam hutan perdu sepanjang turunan bukit yang kami lalui... ternyata perjalanan "Potong Kompas" ini benar-benar menguras tenaga dan stamina kami... sampai di Ranu Kumbolo sekitar pukul 16.00 sore dalam cuaca hujan cukup deras disertai angin dan dinginnya sampai menusuk tulang... setibanya di Ranu Kumbolo kami segera membuat Bivak dalam suasana hujan... kami membuat bivak ditepi danau yang agak terlindung dari angin (Saat itu belum ada shelter / Pondok Pendaki)... Saat memasak nasi...karena cuaca yang sedang hujan dan udara terlalu dingin... maka nasi tidak bisa matang... akhirnya kami terpaksa memakan "nasi setengah matang"... hal inilah mungkin yang menyebabkan sahabat saya muntah-muntah... entah karena makan nasi setengah matang... atau karena masuk angin terkena hujan saat diperjalanan tadi... Disinilah mulainya suasana yang cukup mengkhawatirkan... karena sahabat saya selalu muntah-muntah terus... sehingga kondisi kesehatannya menurun drastis... Sore ini kami putuskan untuk turun ke desa "Ranu Pane"... saat itu hujan turun terus dan pakaian kami basah semua meskipun kami sudah menggunakan jas hujan... karena waktu itu hujan turun disertai angin yang cukup kencang... sehingga menyebabkan cuaca semakin bertambah dingin sekali...

Keputusan Yang Tepat.
Perjalanan turun kami... melalui jalur Gunung "Ayek-Ayek"... jalur ini juga cukup berat... apa lagi dalam situasi hujan yang tiada hentinya seperti sore dan malam hari ini... pada pukul 21.30 malam...,  dengan susah payah dan jatuh bangun... karena jalanan setapak yang licin..., kami sampai di tempat "Monumen In Memoriam".... di G. Ayek-Ayek (tempat meninggalnya dua orang sahabat dari kelompok pendaki & penjelajah gunung "Young Pioneer" Malang - yaitu Alm. Soebijanto & Alm. Wahyu. P).


"Monumen In Memoriam" di G. Ayek-Ayek 



Kondisi tubuh kami saat itu sudah sangat lemah... apa lagi sahabat saya... yang terus menerus muntah sepanjang jalan... tepat di tempat monumen ini ia sudah tidak tahan lagi... kemudian terduduk lemas... dalam kegelapan malam ia meminta saya untuk turun ke desa mencari bantuan... karena ia merasa sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan turun... saya mencoba membesarkan hatinya serta memberikan semangat dan motivasi kepada sahabat saya yang satu ini... agar mau melanjutkan perjalanan turun ke desa... karena kalau kami bertahan terus di Ayek-Ayek dalam cuaca hujan dan udara yang sangat dingin...  seperti situasi malam itu... kami tidak tahu "apa jadinya"... Alhamdulillah... akhirnya sahabat saya setuju untuk melanjutkan perjalanan turun kedesa... dengan sisa tenaga yang ada... dan lampu senter untuk penerangan yang tinggal satu-satunya... kami berjalan terseok-seok sampai jatuh bangun... jarak pandang yang hanya sebatas tidak lebih dari 2 meter karena kabut yang cukup tebal... membuat kami harus selalu berdekatan dan kadang-kadang saya harus menggendong sahabat saya... dengan perjuangan  yang cukup berat... akhirnya kami berdua sampai juga di batas hutan dengan kebun milik penduduk desa Ranu Pane... saat itu kebetulan disalah satu kebun milik penduduk itu... ada sebuah gubuk yang masih tampak menyalakan lampu minyak... kami segera menghampiri gubuk tersebut... Alhamdulillah lagi... ternyata didalamnya ada seorang bapak yang belum tidur... saat itu pukul 02.00 pagi... melihat kondisi kami yang sangat memprihatinkan....kami langsung disuguhi makan nasi jagung dengan sayur kol... wah... nikmatnya bukan main.... setelah makan...sambil merokok... kami sempat berbincang-bincang sejenak dengan bapak tersebut... akhirnya kami tertidur kelelahan disebelah api unggun yang dibuat oleh bapak tersebut... lumayan cukup hangat sehingga kami tertidur sangat pulas sampai pagi...
Saat bangun waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi... cuaca pagi ini cukup dingin dan berkabut... sehingga jarak pandang kami sangat terbatas.... pada saat mencari kesana dan kemari.... kami tidak menemukan "bapak" yang menolong & memberi makan tadi malam saat kami sampai di gubuk ini... sambil berkemas-kemas...  bapak tersebut tidak juga kami temukan... padahal... kami sudah berteriak-teriak memanggil beliau ... barangkali beliau sedang ada dikebun... tetapi tetap saja tidak ada jawaban... setelah agak lama menunggu sampai pukul 11.30... akhirnya kami pergi tanpa bisa berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada bapak tersebut... sebagian perbekalan seperti beras, gula, mie instan... dan beberapa bungkus roti kering ( roti kabin )... kami tinggal di gubuk milik bapak misterius tersebut... Akhirnya kami pergi tanpa berpamitan...(Terima kasih Bapak, maaf kami tidak sempat berpamitan dengan Bapak).... kami mulai berjalan lagi menuju desa Ranu Pane... saat itu... rumah penduduk masih jarang... tidak seperti sekarang... semua jalan masih berupa jalan setapak... Tahun 1979... kalau kita tidak hafal... maka untuk keluar dari kebun penduduk akan membutuhkan waktu yang lama... karena kita akan tersesat dan berputar-putar terus... apalagi tidak ada orang disekitar kita yang bisa ditanya...


Tetua Desa Ranu Pane "Pak Mami" 



Foto Didepan Rumah Tetua Desa Ranu Pane 
Yang sebelah kiri adalah "Sahabatku" kami biasa memanggilnya BeeGees (Bijis)
Yang ditengah adalah Tetua Desa Ranu Pane, kami biasa memanggilnya "Pak MAMI"
Aku yang disebelah kanan memakai sleiyer biru...  

Kami menginap semalam lagi didesa Ranu Pane dirumah tetua desa... Keesokan harinya setelah silaturahmi dengan Tetua Desa Ranu Pane "Pak Mami"... kami melanjutkan perjalanan turun.... langsung naik menuju ke G.Bromo... Saat itu jalan dari Desa Ranu Pane ke G.Bromo masih berupa jalan setapak... (Episode G.Bromo - akan saya bahas tersendiri)... dan dari G. Bromo kami langsung ke Bali G.Agung & G.Batur.
Demikian kisah petualangan G.Semeru yang hampir berujung "maut"... Alhamdulillah... sampai saat ini... "Sahabat saya"... masih diberi panjang umur dan kesehatan .... saat ini beliau beserta isteri dan dua orang putrinya hidup sehat dan berbahagia...dan ...bertempat tinggal di Genewa -  Swiss... "Salam Rimba...Sobat..."  kapan kita bisa napak tilas ke G.Semeru.... 
       

8 komentar:

J.Hermawan mengatakan...

Kisah Petualangan & Pendakian-ku yang lain menyusul pada episode selanjutnya...

Wahyu Mawon mengatakan...

keren.
like this :-)

tu perjalanan kapan pak?
photo2nya terlihat klasik...

J.Hermawan mengatakan...

Apa kabar jeng Wahyu..., salam kenal ya... photonya diambil dengan tustel poket... ya begitulah jadinya... itu perjalanan beberapa ekspedisi alias blakrak-an yang saya lakukan pada th.1976 - 1979 ada beberapa yang th.1989... saat muda saya memang senengannya berpetualang naik-turun gunung & keluar-masuk hutan... Semoga bisa ter-inspirasi.
Maaf baru bisa balas komennya... Salam Lestari...

Unknown mengatakan...

menginspirasi sekali pak...j hermawan,,
sekali waktu saia pernah mndengar cerita teman saia yg ingin mencoba jalur watu pecah,,,,

dan sekarang saia mmbaca lgsung kisah perjalanan nya...

ini pasti ranukumbolo masih bersih sekali,,,tidak ada sampah,,

oy pak ini in memoriam jalur ayeg-ayeg nya disebelah mana ya pak,,
kmaren sempat lewat jalur ayeg ayeg tidak ketemu :)




J.Hermawan mengatakan...

Salam kenal mbak Anke, Jalur "Watu Pecah" memang cukup menantang bagi yang suka petulangan... "In Memoriam" - (Alm. Soebijanto & Alm. Wahyu. P) ada di ujung jalan setapak jalur G.Ayeg-Ayeg agak naik sedikit (seperti tampak pada foto) itu kalau masih ada.., mungkin lain kali bisa dicoba lagi. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya ya... Salam Lestari...!

Firsta Fia mengatakan...

aku win. saya juga anggota buffalo. dulu tinggal di opak. terkahir ikut pendakian tahun 76-80an. bagyo, timbul, hans, dan harry jalisco, dan tomok jepang dan bambang power ada dimana saja? domisili saya di cikarang ada rencana mau ke timur. kalo ada informasi bisa kirim ke email keponakan saya first_firsta@live.com. apa ini toni temen mendaki dulu? yang saya masih ingat jelas beegees. toni, bagyo saeran, hans, clevi, timbul, dan bambang power (bambang yudo) dan tomok jepang. tolong diinformasikan ke email keponakan saya. terakhir parkir di tempat mas toni nganter utom tahun 90-an. Semoga bisa sambung silaturahmi. Trims.

J.Hermawan mengatakan...

Apa betul ini Wiwin yg dulu rumahnya di Pucang...apa kabar Win, blog ini sy buat untuk mengenang masa muda dulu... sy juga buat akun FB : k5-buffalo - disitu ada banyak foto-foto yg bisa buat tombo kangen.Masih ingatkan dulu sy ajak potong kompas di G.Arjuno.., hehehe... banyak kenangan yg tdk bisa terlupakan... Salam Lestari..!


J.Hermawan mengatakan...

Pak Tumari..,setelah sekian lama...akhirnya terjawab sudah teka-teki dalam keraguan dan kenangan masa lalu yang tak terlupakan sampai hari...salah satu sesepuh didesa Ranu Pane... desa tertinggi di G.Semeru... yang pernah menolong saya & seorang sobat saat kedinginan ketika turun dari melakukan pendakian di Semeru... terima kasih Pak Tumari (Dalam tulisan saya... beliau saya sebut sebagai bapak yang misterius, maaf karena lupa namanya)... terima kasih juga kepada Kang Gusmara Tomtom (PGI) yang hari ini tgl.01 Januari 2014 melakukan komen yang menyebut nama Pak Tumari...di status FB Masbro Ugenk Tinktink... sehingga mengembalikan ingatan saya tentang sosok seorang Pak Tumari... Thanks sobat... makasih semua...