Gunung Bromo

Bukan Jalur Biasa Ke Kawah Gunung Bromo

Siapa yang tidak pernah dengar nama Gunung Bromo..., hampir semua orang Indonesia pernah dengar nama Gunung Bromo... bahkan Gunung Bromo juga dikenal di Mancanegara..., gunung ini terletak di Propinsi Jawa Timur - Indonesia... dan berada diantara 4 kabupaten kota yaitu Kab. Probolinggo - Kab. Pasuruan - Kab. Malang & Kab. Lumajang.... Gunung Bromo ini terkenal karena merupakan salah satu tujuan wisata yang unik & eksotik... dengan lautan pasir yang terhampar  begitu luas, kepundan kawah yang masih aktif.... dan matahari terbitnya yang sangat elok bila dilihat dari Gunung Pananjakan... banyak wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara yang berkunjung kesini... Gunung Bromo ini adalah gunung berapi yang masih aktif sampai sekarang... dan terakhir meletus adalah pada tahun 2011... letusannya cukup besar kawan... sempat ada larangan untuk mendekat dan naik ke puncak & kawah Gunung Bromo... Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392m dpl memiliki kaldera / lautan pasir seluas +/- 10 km persegi dan bersebelahan dengan Gunung Batok.
Sebagian besar penduduk Bromo Tengger ini beragama Hindu... masyarakat Bromo Tengger ini adalah keturunan dari para punggawa & kerabat dari kerajaan jaman kerajaan Majapahit... dimana setiap tahun masyarakat Tengger ini selalu mengadakan upacara keagamaan yaitu Kasodo... Upacara ini biasanya diadakan setiap tanggal 14-15 pada bulan ke sepuluh menurut penanggalan jawa. 
Gunung Bromo ini dapat dijangkau dari beberapa arah... bisa naik kendaraan pribadi bisa juga menggunakan kendaraan umum Kereta Api atau Bus...

Jalur / Route Pendakian ke Kawah Gunung Bromo ada beberapa, antara lain sbb :
  1. Dari Kota Surabaya terminal Bus Bungurasih (Purabaya) menuju kota Proboliggo - terminal Probolinggo naik Angkot ke Desa Ngadisari - dari Ngadisari ini bisa naik ojek atau menyewa jeep ke Cemoro Lawang.... disini banyak tersedia penginapan dengan tarip yang terjangkau... mulai hotel berkelas Melati sampai hotel berbintang.... anda bisa juga menyewa rumah-rumah penduduk (homestay) untuk menginap... - Lautan Pasir - Kawah Gunung Bromo.
  2. Dari Kota Malang - Desa Tumpang - Desa Gubuk Klakah - Njemplang - Turun kepadang rumput - Bukit Teletubies - Lautan Pasir - Kawah Gunung Bromo. 
Jalur lain yang kurang populer :
  1. Surabaya - Purwodadi - Nongkojajar - Dingklik - Lautan Pasir - Kawah Gunung Bromo
  2. Surabaya - Pasuruan - Pasrepan - Tosari - Lautan Pasir - Kawah Gunung Bromo
  3. Lumajang - Senduro - Ranu Pani - Njemplang - Turun Kepadang Rumput - Bukit Teletubies - Lautan Pasir - Kawah Gunung Bromo
Saya sudah beberapa kali ke Gunung Bromo... kali ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya.... pertama kali kesini pada thn.1974... Akses angkutan ke gunung Bromo saat itu tidak semudah sekarang... angkutan pedesaan hanya sampai ke Desa Ngadisari... itupun seingat saya yang ada hanyalah mobil angkutan sayur Colt T120 pick up... dari Ngadisari ke kawah Bromo harus berjalan kaki... belum ada mobil Jeep 4x4... bahkan kuda sewaan juga belum ada... karena jalanannya masih berupa jalan setapak... Saat itu saya bersama dengan beberapa orang teman memang sedang melakukan pendakian ke Gunung Bromo... route perjalanan yang kami rencanakan adalah Probolinggo - Ngadisari - Cemoro Lawang - Lautan Pasir - Kawah Gunung Bromo - Kembali turun ke Lautan Pasir - kearah selatan - Njemplang - Ngadas - Gubuk Klakah - Tumpang - Kota Malang.
Setelah sampai di desa Ngadisari siang itu kami membeli beberapa keperluan untuk tambahan perbekalan di sebuah warung / kedai yang saat itu hanya ada beberapa saja... setelah selesai... kami siap melakukan perjalanan pendakian mulai dari desa Ngadisari ini kawan... penduduk desa ini sangat ramah... hampir setiap orang yang bertemu dengan rombongan kami yang berjumlah enam orang pendaki ini... mereka selalu menyapa dengan ramah dan meminta kami untuk mampir ke rumah mereka.... terima kasih saudaraku.... karena perjalanan kami masih panjang... maka kami terus melanjutkan perjalanan... jalanan masih berupa jalan setapak kawan... Sampai di Cemoro Lawang waktu sudah menunjukan sekitar pukul 17.00 atau jam 5 sore... disitu ada beberapa pondok penduduk...belum ada penginapan... apalagi hotel kawan.... malam itu kami bermalam disalah satu pondok penduduk di Cemoro Lawang... cuaca sangat dingin sekali... tetapi api unggun yang dibuat oleh pemilik pondok sangat membantu memberi kehangatan kepada saya dan kawan-kawan... malam itu kami sulit tidur karena memang udaranya sangat dingin sekali meskipun sudah ada api unggun... karena kelelahan akhirnya kami tertidur juga ... tetapi didalam tidur kami terdengar suara gemeretaknya gigi yang menahan dinginnya malam kawan... Sebaiknya pada malam hari siapkan dan pakai pakaian / jaket yang tebal & kupluk penutup kepala untuk penahan hawa dingin.
Pagi esoknya saat terbangun.... ternyata diluar pondok sudah ada beberapa pendaki dari kelompok lain... yang juga akan pergi ke kawah Gunung Bromo... saat itu belum ramai seperti sekarang kawan... pagi ini kami sarapan nasi dengan mie instan... secangkir coklat susu panas juga menemani.... sekitar pukul 09.30 kami sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan lagi.... Setelah berpamitan dengan pemilik pondok..., kami memulai lagi perjalanan menuju puncak & kawah Gunung Bromo...

Kawah Gunung Bromo dilihat dari Cemoro Lawang

Dari Cemoro Lawang kami berjalan menuruni jalan setapak (saat itu masih jalan setapak kawan)... menuju lautan pasir... jalanan agak berdebu sehingga kami harus memakai penutup hidung dan kaca mata... kami berjalan melintasi lautan pasir menuju kaki Gunung Bromo... mengikuti jalur dengan petunjuk berupa batu-batu yang ditaruh berjajar rapi memanjang disepanjang lautan pasir... karena bila kita tidak mengikuti petunjuk jalur ini.... maka dapat dipastikan kita akan tersesat.... sampailah kami dikaki Gunung Bromo.... Saat itu Pura Luhur Poten Gunung Bromo yaitu pura tempat ibadah orang Hindu belum dibangun kawan... jalur kepuncak & kawah saat itu juga belum berupa anak tangga... tetapi masih berupa jalur setapak yang dibuat seperti anak tangga.... akhirnya.... sampailah kami dipuncak Gunung Bromo yang memiliki kepundan kawah yang masih sangat aktif.... didalam kawah dibawah sana... tampak air kawah yang mendidih... asap yang mengepul keluar dari kepundan berwarna putih dengan aroma belerang yang  sangat kuat dan tertiup angin menuju kearah kami... membuat kami terbatuk-batuk karena baunya yang sangat menyengat...

Kawah Gunug Bromo - dilihat dari bibir kawah

Karena begitu kuatnya aroma belerang yang membuat kami sampai terbatuk-batuk.... terpaksa membuat kami harus menutup hidung dengan saputangan yang kami basahi dengan air... cara ini sedikit membantu kami mengurangi bau belerang yang sangat menyengat... Karena cuaca dan suasana yang kurang begitu mendukung... setelah mengambil beberapa foto dokumentasi.... akhirnya kami memutuskan untuk segera turun dari kawah.
Sore itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 15.30... kami sudah berada kembali dilautan pasir... karena kami merencanakan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Malang... maka kami mengambil jalur ke arah selatan... yaitu jalur kearah Njemplang... dengan begitu kami tidak lagi mengikuti jalur yang ada petunjuknya... yaitu petunjuk berupa batu-batu yang ditaruh berjajar rapi disepanjang lautan pasir... disinilah awalnya kami mulai merasa tersesat di lautan pasir... setelah berjalan selama 1 jam lebih... ternyata... kami kembali ketempat semula... cuaca yang sudah mulai berkabut dengan jarak pandang yang terbatas... menyebabkan kami sulit menentukan arah tujuan perjalanan kami... Dalam kebingungan yang kami alami... maka kami sepakat untuk kembali mencari "petunjuk arah" yang berupa batu-batu yang diatur berjajar rapi tadi... akhirnya... sebelum gelap untung kami menemukan jalur tersebut... dan agar tidak tersesat lagi... kami kemudian berjalan dengan mengikuti lagi petunjuk arah tersebut ... tetapi... petunjuk itu ternyata berhenti hanya sampai ditengah perjalanan... dan untuk jalur selanjutnya sudah tidak ada lagi petunjuk arah itu.... tetapi yang ada hanyalah jalan setapak yang agak tidak begitu jelas keberadaannya... karena mungkin saat itu masih jarang orang yang berjalan melalui jalur ini kawan... atau mungkin... kami yang memang tidak menemukan jalur yang sudah ada atau jalur yang benar... Meskipun begitu... perjalanan ini harus tetap kami lanjutkan karena kami tidak mau kemalaman ditengah padang pasir yang terbuka ini... yang bila ada angin ... bahkan angin dipadang pasir ini selalu cenderung bertiup sangat kencang.... maka dapat dipastikan debu dipadang pasir ini akan berterbangan... disamping itu... yang pasti hawa dipadang pasir ini pastilah sangat dingin sekali... karena suhu di Gunung Bromo ini bila malam hari pada musim tertentu bisa mencapai dibawah 10 derajat celcius... sementara untuk membuat api unggun dipadang pasir ini pasti tidak ada kayu atau ranting yang bisa dibakar untuk membuat api unggun... karena memang disini tidak ada pohon yang tumbuh... yang ada hanyalah rumput ilalang dan tanaman perdu saja.... kami berusaha untuk terus berjalan kearah selatan... Kali ini kami berpedoman pada punggungan bukit yang sesekali tampak samar- samar saat kabut sedikit menipis ... punggungan bukit ini berada disebelah timur atau disebelah kiri kami... seingat saya... kalau tidak salah punggungan bukit disebelah kiri kami itu adalah gugusan punggungan dari Gunung Ider-ider... 
  
Kami sudah sampai dipadang rumput sekitar "Bukit Teletubies"

Bromo - Bukit "Teletubies" dilihat dari lereng Gunung Ider-ider

Bukit Teletubies ini terletak dilereng sebelah selatan Gunung Bromo yang bersebelahan dan berbatasan dengan Gunung Widodaren.... Bukit ini dinamakan dan populer disebut sebagai Bukit Teletubies karena kontur bukitnya berbentuk dan menyerupai bukit Teletubis yang ditayangkan di televisi dalam film anak-anak beberapa waktu yang lalu... Foto diatas diambil beberapa saat setelah padang rumput disebelah selatan G. Bromo terbakar karena musim panas dan kemarau yang sangat panjang... penyebabnya tidak tau juga... apakah karena alam.... atau karena ada oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan kebakaran pada padang rumput ini terjadi.... untung saja tidak sampai membakar bukit Teletubies seperti tampak pada foto...
Akhirnya sampai juga perjalanan kami dipadang rumput disebelah timur & selatan Gunung Bromo... bias matahari sore masih cukup menerangi perjalanan kami meskipun matahari sudah terbenam dan tidak tampak lagi... Perjalanan kami lanjutkan terus dengan maksud kami dapat segera mencapai desa terdekat dari Gunung Bromo ini yang menuju kearah Kota Malang.... desa yang dimaksud adalah Desa Ngadas. 
Dari padang rumput kami berjalan terus kearah selatan... sekarang jalan setapak sudah mulai agak menanjak... hari sudah mulai gelap... kami mencoba untuk berjalan terus berharap bisa sampai diujung jalan tanjakan... dimana diujung jalan tanjakan ini nantinya kami akan bertemu dengan persimpangan jalan... Persimpangan jalan ini sekarang dikenal dengan nama Njemplang... bila kekiri... kita akan menuju Desa Ranu Pani... yaitu desa tertinggi dikaki Gunung Semeru .... sedang jalur kekanan adalah jalur turun menuju ke Desa Ngadas... Perlu diketahui kawan... saat itu jalur yang dilalui masih berupa jalur setapak...dan hutan perdu disepanjang jalur setapak itu juga masih sangat lebat...  
Kesurupan - Malam itu sangat gelap... langit tertutup oleh awan sehingga saat berjalan kami harus menggunakan lampu senter untuk penerangan... akhirnya kami sampai juga di Njemplang sekitar pukul 20.30.... Lega juga perasaan kami... dipersimpangan jalan ini kami berhenti untuk beristirahat untuk makan malam... beberapa orang mulai mempersiapkan peralatan masak... tiba-tiba kami dikejutkan dengan kejadian yang berada diluar perkiraan kami.... salah seorang dari rekan kami... yang sedang berdiri tiba-tiba jatuh terlentang... dia kemudian kejang-kejang... matanya melotot terbelalak... kami juga tidak tahu apakah penyebabnya... tetapi salah seorang dari rekan kami ada yang tahu bahwa rekan kami tersebut... ternyata kerasukan mahluk halus penunggu hutan disekitar tempat kami beristirahat... rekan kami yang mengerti hal tersebut minta tolong kepada kami semua untuk bersama-sama mendoakan rekan kami yang sedang kerasukan mahluk halus tersebut... rencana memasak terpaksa tertunda dengan kejadian ini... kemudian kami bersama-sama mendoakan rekan tersebut... saat kami sedang berdoa... tiba-tiba rekan kami tersebut meronta-ronta kembali sambil menggeram seperti orang kesakitan... suasana cukup mencekam malam itu kawan..., karena kami saat itu berada ditengah-tengah hutan yang sangat gelap... kejadian kesurupan ini cukup menegangkan dan berlangsung kurang lebih sekitar 15 menit... saat ibu jari kaki rekan yang kesurupan  itu dipijit... kembali dia menjerit-jerit kesakitan sambil meronta-ronta... oleh rekan saya yang mengerti soal hal-hal kesurupan tersebut... mahluk halus tersebut diminta untuk keluar dari tubuh rekan kami... kemudian sambil menyebut Asma Allah sebanyak tiga kali rekan saya memijit kening rekan yang kesurupan.... sementara rekan yang lain diminta untuk memijit kedua ibu jarinya... tiba-tiba rekan yang kesurupan kembali meronta... dan akhirnya terkulai lemas... mahluk halus itu sudah keluar dari tubuh rekan kami yang kesurupan itu... alhamdulillah... kami biarkan rekan tersebut beristirahat dengan tetap ditunggui oleh dua orang lainnya... sementara yang lain melanjutkan memasak untuk makan malam... saat dia sadar... dia sempat bertanya ada apa gerangan yang terjadi... tetapi kami semua tidak memberi tahu kejadian yang baru saja dialaminya. Malam ini setelah makan malam kami bermalam ditempat ini... kami membuka tenda... membuat api unggun dengan kayu dan ranting- ranting pohon yang kami ambil dari sekitar tempat kami membuka tenda... Saya tidak bisa tidur kawan... kejadian yang tadi menimpa rekan saya membuat beberapa orang termasuk saya tidak bisa tidur malam ini... Tentunya masing-masing mempunyai pemikiran dan perasaan sendiri-sendiri... yang jelas malam ini kami berusaha untuk menenangkan hati untuk tidak memikirkan kejadian kesurupan yang menimpa rekan kami tadi... Kami berbincang-bincang diluar tenda sambil menghadap ke api unggun... kebetulan kemarin di Ngadisari kami sempat membeli ketela pohon... malam ini kami bakar dengan api unggun... nikmat rasanya kawan... sambil minum kopi penghangat tubuh kami berbincang-bincang hingga hampir menjelang pagi... karena kelelahan dan mengantuk akhirnya kami tertidur juga didepan api unggun...
Esok harinya kami terbangun karena ada penduduk setempat yang lewat di jalur tempat kami mendirikan tenda... ternyata mereka adalah beberapa petani dari Desa Ranu Pani yang akan menjual hasil pertaniannya ke kota... saat itu petani dari Desa Ranu Pani kalau mau menjual hasil pertaniannya masih harus turun gunung dengan menggendong atau memikul sampai paling tidak ke Desa Gubuk Klakah.... wow.... lumayan jauh kawan... kasihan juga mereka... karena memang Desa Ranu Pani saat itu masih terisolir... belum ada sarana transportasi yang bisa menjangkau...
Setelah selesai sarapan pagi & minum secangkir Coklat susu panas... kami melakukan packing barang dan melipat tenda ... pukul 09.00 kami mulai melakukan perjalanan turun... jalan yang kami lalui dari Jemplang ini menuju Desa Gubuk Klakah masih berupa jalur setapak.., kami tidak melalui Desa Ngadas... tetapi melalui jalur pintas disebelah timur Desa Ngadas.... Perjalanan kali ini cukup santai karena jalanan menurun terus... bisa dibilang tidak ada tanjakan sama sekali... perjalanan turun ini sangat menyenangkan sekali... kami berjalan beriringan sambil bergurau sekali-kali tertawa terbahak-bahak... seolah-olah sudah melupakan kejadian yang cukup menegangkan tadi malam... 
Akhirnya... sekitar pukul 14.00 kami sampai di Desa Gubuk Klakah... desa ini adalah penghasil buah apel ... disepanjang jalan... disetiap halaman penduduk... hampir semua ditanami pohon apel... kebetulan sebelum sampai perbatasan desa ada kendaraan sayur yang akan turun ke kota... ke Desa Tumpang... kami mendapat tumpangan dari bapak supir yang baik hati... karena saat kami mau membayar ditolak oleh bapak tersebut... memang saat itu mobil angkutan sayur belum dikomersilkan untuk para pendaki... terima kasih Pak.
Selanjutnya dari Tumpang kami naik angkot ke kota Malang... menginap dirumah saudara dari salah satu kawan rombongan kami. Malam itu setelah makan malam....kami duduk-duduk diteras rumah sambil ditemani  secangkir kopi panas dan kacang goreng... kami kembali berbincang mengenai pengalaman perjalanan yang telah kami lakukan selama 3 hari kemarin... pengalaman yang mengasyikkan, menyenangkan... sekaligus menegangkan dan tidak dapat dilupakan seumur hidup.
Episode pendakian Gunung Bromo lainnya lebih seru kawan... bila ada umur panjang dan kesempatan... akan saya tulis juga pengalaman itu di blog ini... Sampai jumpa di episode yang lain.... SALAM LESTARI...!